Minggu, 10 April 2011

Lavender Oil (TRIKA .... TRIKA .... TRIKA) Monoterpenoid Lavendula

Pendahuluan
Masih ingatkah anda? Dengan aroma TRIKA dll. O ingat ???? bau lavender ???
Bagaimanakah karakteristik minyak atsiri lavender??? Minyak atsiri ini termasuk metabolit sekender. Berikut ini ulasan tentang metabolit sekunder, minyak atsiri dari genus Lavender!
Metabolit primer adalah senyawa yang berperan dalam penyediaan nutrisi dan terlibat dalam proses metabolisme penting di dalam tubuh sebagai fundamental building block kehidupan/ makhluk hidup, misalnya: polisakarida, lemak, asam nukleat dan protein. Sedangkan metabolit sekunder atau molekul organik sekunder yang dikenal dengan bahan alam (natural product) adalah bahan kimia yang dihasilkan tumbuhan melalui reaksi metabolisme sekunder dari bahan organik primer (karbohidrat, lemak, protein). Umumnya metabolit sekunder tidak esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, tetapi berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari serangan herbivora dan infeksi mikroba ; penarik serangga atau hewan penyerbuk dan penebar biji ; dan agen alelopati yg berperan dlm kompetisi antar spesies tumbuhan.
Golongan senyawa metabolit sekunder terdiri atas golongan terpenoid, steroid, flavonoid, fenolik, poliketida, dan alkaloid. Salah satu golongan senyawa metabolit sekunder adalah terpenoid. Terpenoid merupakan metabolit sekunder yang tersebar sangat luas di alam, strukturnya paling beragam dan fungsinya mulai sebagai volatile sex pheromones sampai ke karet alam. Nama “terpenoid” disebut juga “terpen” diambil berdasarkan senyawa yang pertama kali berhasil diisolasi yaitu “terpentin” dan dibangun oleh kerangka dasar isoprena (5 karbon). Senyawa-senyawa terpenoid dibentuk dari pengulangan (polimerisasi) ikatan antar unit-unit isoprena “head to tail”, siklisasi dan sebagainya. Terpenoid digolongkan menjadi monoterpen (2 unit isopren) C10H16 ; sesquiterpen (3 unit isopren) C15H24 ; diterpen (4 unit isopren) C20H32 ; sesterpen (5 unit isopren) C25H32 ; triterpen (6 unit isopren) C30H48 ; tetraterpen C40H64 dan politerpen (C5H8)n, > 8 unit isoprene.
Umumnya senyawa golongan terpenoid yang merupakan minyak atsiri (essential oil/ etherial oil) adalah golongan monoterpenoid. Monoterpenoid terdiri dari dua unit isoprene; terdapat pada herba dan rempah-rempah dan sebagai attractant; besarnya sekitar 5% berat kering tumbuhan; dan umumnya diisolasi dengan distilasi atau ekstraksi.
Biosintesis monoterpenoid terbentuk dari geranyl pyrophosphate (GPP). Selanjutnya dalam monoterpenoid terbentuk enam jenis kerangka karbon monoterpenoid, yaitu artmisyl skeleton, santolinyl skeleton, chrysanthemyl skeleton, lavadulyl skeleton, rothrockyl skeleton dan rothorockene skeleton, seperti digambarkan pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Jenis Kerangka Karbon Monoterpenoid

Salah satu yang menarik dari kerangka karbon monoterpenoid di atas adalah lavandulyl skeleton yang terdapat di dalam minyak atsiri dari beberapa spesies dari genus lavandula.  Genus lavendula terdiri dari 25-35 spesies-Sub, dengan beragam morfologi. Perbedaan genus lavandula dengan semua family Lamiaceae ditentukan oleh morfologi bunganya. Karakteristik bunga pada genus lavandula pada terminal spike bunga kompak ditunjang dengan batang panjang (tangkai bunga). Spike bunga terdiri dari cymes, merupakan suatu bunga yang bercabang dengan bunga pada akhir masing-masing cabang, baik dalam decussate berlawanan atau teratur spiral  yang subtended oleh bracts (Lis-Balchin, 2002).
Aplikasi luas minyak Lavenders (Lavandula Oil) digunakan dalam kosmetik, produk kesehatan dan obat alternative.  Sifat terapi dan penciuman minyak atsiri lavender yang dikaitkan dengan monoterpen, yang memiliki  berat molekul rendah (C-10 atau tersusun atas 2 unit isoprene).  Komposisi kimia dari minyak ini di industri terutama ditentukan oleh genotipe tanaman dan dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan lingkungan tanaman.   Semakin populernya aromaterapi dan pengobatan alternatif bunga telah meningkat dan menyebabkan meningkatnya permintaan minyak lavender dan memicu pengembangan wilayah budidaya baru di seluruh dunia. Salah satu wilayah pertanian yang berorientasi sebagai wisata lavender dan  berfokus pada pemasaran minyak atsiri dari genus Lavandula sebagai kosmetik, obat alternatif dan aromaterapi adalah Lembah Okanagan (British Columbia).
            Distribusi komersial dari minyak lavender beragam terutama untuk aplikasi obat mengharuskan minyak atsiri dari genus lavandula ini harus mematuhi standar kualitas dan variasi komposisi minyak harus dijaga seminimal mungkin dari setiap wilayah dan Negara harus diperhitungkan.  Keragaman minyak lavender dari berbagai spesies telah dibakukan oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) (LisBalchin 2002).

Jumat, 25 Februari 2011

Komposisi Komponen Minyak Nilam


Minyak nilam mengandung lebih dari 30 jenis komponen kimia, termasuk 4 hidrokarbon monoterpen, 9 hidrokarbon sesquiterpen, 2 oksigenated monoterpen, 4 epoksi, 5 sesquiterpen alkohol, 1 norseskuiterpen alkohol, 2 seskuiterpen keton dan 3 seskuiterpen ketoalkohol. Komponen utama yang terdapat dalam minyak nilam ß–patchoulene; α-gurjunene; α–guaiene; ß–caryophyllene; α–patchoulene; seychellene; α–bulnesene; ß–guaienepoxide; α–bulnesenepoxide; norpatchoulenol; patchoulol; dan pogostol.  

Minyak Nilam (Patchouli Oil)
Karakteristik menurut  ISO 3757:2002, warna kuning–coklat kemerahan; bobot jenis 20°C/20°C = 0,952 – 0,975; indeks bias (nD20) = 1,5050–1,5150; kelarutan dalam etanol 90% pada suhu 20°C : larutan jernih atau opalesensi ringan dalam perbandingan volume 1:10; bilangan Asam : maksimum 4; bilangan Ester : maksimum 10; putaran Optik (-)40°–(-)60° dan    profil  kromatografi gas, dengan komponen (minimum(%)-maksimum(%)) : ß-patchoulene 1,8 - 3,5; copaene trace-1; α-guaiene 11-16; ß-caryophyllene 2–5; bulnesene 13- 21 ; nor-patchoulenol 0,35-1 ; patchoulol 27- 35 ; dan pogostol 1- 2,5.


patchouli alcohol/ patchoulol
(main component)

Kadar patchouli alkohol tertinggi merupakan penentu kualitas minyak nilam.  Makin tinggi kadar patchouli alkohol makin tinggi pula mutu minyaknya. (sjr)













Sabtu, 19 Februari 2011

Minyak Nilam Indonesia Sebagai Bahan Aromaterapi


 
Tanaman  nilam merupakan kelompok tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri dari tanaman nilam dikenal dengan nama minyak nilam (patchouli oil).  Umumnya minyak  nilam  diperoleh  dari  proses  distilasi daun nilam. Minyak nilam mempunyai prospek yang baik karena harganya relatif tinggi dan belum dapat dibuat dalam bentuk sintesis.   Dalam industri parfum/ kosmetika,  keunggulan  minyak  nilam  belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis yang dapat menggantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai bahan  fixative (pengikat wewangian)  dan aplikasinya sebagai antiradikal bebas dan antibakteri.  (Hyung Woo Kim, 2008, Nasruddin, dkk, 2009)
Minyak nilam Indonesia dikenal sudah 65 tahun yang lalu dan memenuhi  kebutuhan  minyak nilam  dunia dengan pangsa pasar 80-90%.  Minyak nilam  Indonesia  sangat  digemari  pasar  Amerika  dan  Eropa  terutama  digunakan untuk bahan  baku  industri  pembuatan  minyak wangi,  kosmetika,  farmasi  dan  industri  yang  lainnya. Pada tahun  2004,  mencapai  2.074  ton  atau  senilai  US$ 27,137 juta, selanjutnya beberapa  tahun  terakhir di pasaran Internasional minyak nilam mengalami fluktuasi harga yang sangat tajam dan posisinya  mulai  terancam  oleh  Negara  Brazil, Cina, India,  dan Vietnam  (Dirjenbun, 2006). 

             Terancamnya produksi minyak nilam di Indonesia adalah rendahnya kualitas minyak nilam dan tidak tersedia nya permintaan untuk pasar Internasional. Kemungkinan penyebabnya adalah spekulatif perdagangan, metode budidaya / pertanian nomaden (Sumatera, Jawa), penyakit, pengaruh harga komoditas pertanian lainnya, dan peningkatan biaya energi selama penyulingan. 
            Salah satu hal contoh spekulatif perdagangan adalah seringkali para petani dan pengusaha minyak nilam melakukan panen sebelum waktunya untuk memenuhi permintaan pasar dan mengakibatkan kandungan komponen utama minyak nilam rendah (Sastrohamidhjoyo, 1994)   Pemanenan tanaman nilam siap diisiolasi minyaknya paling ideal sudah berumur enam bulan atau 5 – 8 bulan.   
            Beberapa daerah di Kabupaten Malang, Jawa Timur dalam beberapa akhir tahun ini gagal melakukan pemanenan tanaman nilam karena penyakit tanaman nilam yang diakibatkan jamur.  Jamur ini menyerang batang tanaman nilam yang berakibat bagian pangkal batang dari tanaman tersebut daunnya layu dan akhirnya mati.
            Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa studi untuk memperoleh minyak nilam sesuai dengan standar ekspor.  Beberapa hal yang harus dilakukan adalah standarisasi budidaya tanaman nilam, pencegahan dan penanggulangan penyakit tanaman nilam, optimasi pasca panen dan optimasi waktu penyulingan serta regulasi harga minyak nilam. 
(sjr)